Categories

Kamis, 05 November 2009

MENANTI KEKASIH HATI

“Laila! adakah cintamu selembut awan yang datang bersamaan dengan pagi, dan membawakan sejuta senyuman untukku yang sekarang sedang dilanda rindu dendam, seperti kumbang yang merindukan bunga-bunga? Dimana harus kucari kasih yang telah menambat hatiku, menyesakkan dada, membuncah sampai membuat kudukku mati rasa dan otot-otot kaku ketika senyummu kau lemparkan, engkau adalah pertama dan terakhir dalam hidupku, walau cinta mungkin tak dapat ditebak kapan ia datang dan pergi. Namun diri ini sulit untuk ingkar melawan kenyataan hati, Laila! Rinduku padamu seperti musafir yang dahaga di padang pasir, seperti pelaut yang rindu pada dermaga.

Gundah dan gelisah yang ku alami, seperti duda menunggu jandanya kembali, janganlah kau biarkan hati ini redup dan hancur seperti piring pecah. Laila, tahukah engkau seberapa besar cintaku itu? Berlaksa bintang ditambah bulan dan matahari, begitulah kira-kira besar cintaku. Laila, pernahkah kau saksikan langit dimusim hujan? Begitulah redup hatiku jika kau patahkan. Laila, Bersyukurlah engkau sebagai perempuan, karena telah diciptakan Tuhan untuk dicintai.”

Itulah selembar surat yang pernah kualamatkan pada seorang gadis yang sampai dengan hari ini masih membuat resah hampir disetiap malamku. Entah kenapa rasa suka hadir tiba-tiba, padahal baru dua kali aku bertemu dengannya. Pertama sekali aku mengenalnya dari berkas formulir beasiswa yang dikirimkan ke sekretariat perhimpunan mahasiswa Kabupaten kami yang ada di ibu kota Pemerintahan Aceh. Pemerintah Kabupaten kami setiap tahunnya mengalokasikan anggaran beasiswa untuk mahasiswanya yang kuliah diberbagai universitas baik di dalam maupun luar negeri, dan khusus untuk mahasiswa yang kuliah di Banda Aceh. Pengurusan beasiswa dikelola oleh sebuah perhimpunan mahasiswa Kabupaten yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten kami.

Hari itu aku baru saja sampai dari Kabupaten untuk mencari pekerjaan ke Banda Aceh, dengan berbekal ijazah Diploma Tiga yang aku miliki. Kebetulan yang menjadi pengurus harian sekretariat saat itu adalah kawan-kawanku satu SMU dulu, jadi aku memanfaatkan sekretariat tersebut sebagai tempat tinggal sementara selama aku masih belum ada pekerjaaan.

Aku melihat ada beberapa tumpukan map yang disusun rapi di lantai dua sekretariat, kemudian aku membuka map permohonan beasiswa tersebut, kebetulan yang aku buka adalah tumpukan map permohonan dari sebuah kecamatan, yaitu tetangga kecamatan kami. Aku melihat sebuah foto seorang gadis yang berjilbab merah jambu berukuran 3x4 centimeter yang ditempelkan di ujung kanan atas kertas permohonan, dalam hatiku berkata; “manis juga ini cewek”, aku lihat dan membaca biodatanya. Ternyata dia adalah adik kelas di SMU, tapi kami tak pernah bertemu, karena pada saat aku tamat dia baru masuk sekolah dan sekarang dia sedang kuliah di salah satu universitas negeri di Banda Aceh, lalu aku catat nomor handphone nya, dan map itu kususun kembali dengan rapi.

Setelah shalat ashar aku mengirimkan sebuah pesan ke hp nya, yang intinya aku ingin berkenalan, dia membalas pesanku dengan kata yang santun, bahwa dia mau berkenalan denganku, dia bertanya darimana aku mendapatkan nomor handphone nya, aku menjawabnya jujur, bahwa nomornya aku dapatkan di berkas form beasiswa tersebut. Sejak saat itulah kami mulai sering melakukan komunikasi, bercerita tentang apa saja, mulai dari cerita nostalgia selama masih SMU sampai pada masalah social, ekonomi, budaya dan politik.

Aku ingat sekali kala itu dia mengirimkan sms dalam bentuk pertanyaan kepadaku “ assalam, apakabar? Saya mau tanya tentang sesuatu, boleh gak?” aku menjawab, “ waa’laikum salam, Alhamdulillah saya sehat wal’afiat, boleh, emang mau tanya apa?” aku balik mengajukan pertanyaan. Kemudian pesan kembali masuk ke hapeku” tapi janji, jangan tersinggung ya?”, “iya, insya Allah aku tidak akan tersinggung kok, selama pertanyaan itu wajar” setelah itu dia mengirimkan pesan pertanyaannya “kenapa virginitas itu penting, dan kenapa cewek saja yang dituntut untuk menjaga virginitasnya, kenapa cowok tidak? rasanya lelaki itu tidak adil..!” aku menjawab “ didalam islam bukan perempuan saja yang dituntut untuk menjaga harga dirinya, laki-laki juga demikian, banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menjelaskan tentang itu, dan menurut saya apa yang anda tanyakan tersebut bukan bedasarkan prinsip agama, melainkan tentang fenomena yang terjadi hari ini dan itu salah, dan satu hal lagi secara klinis virginitas (keperawanan) itu dapat di uji, sedangkan kerperjakaan belum ada satu teoripun yang dapat menganalisis dan mendeteksinya secara pasti, hanya si laki-laki tersebut saja yang tahu perjaka atau tidak dirinya, kira-kira menurut saya demikian”. Itulah jawaban singkat saya menanggapi pertanyaan darinya.

***

Aku menamakannya Laila, karena dia selalu hadir dalam ingatanku ketika malam sudah larut, aku terus memikirkannya, dan sulit sekali untuk kupejamkan mata, jika aku belum mengirimkan sebuah pesan atau puisi untuknya, aku berhayal sambil memikirkan kata-kata yang indah, bahkan juga tentang perasaan hatiku saat itu, setelah itu kukirimkan, aku merasa puas meskipun dia tidak membalasnya.

“Disini aku sendiri menanti fajar

Engkau yang kuharap juga tak kunjung jelang

Biarlah bulan saja yang menemaniku menghabiskan malam

Bersama embun pagi yang setia pada ilalang.”

Puisi diatas merupakan salah satu dari sekian puisi yang pernah kukirimkan untuknya, itu adalah wujud dari kekesalanku karena sms yang kukirim lama sekali di balas, bahkan ada sms dariku dia baru membalasnya besok, tapi aku tidak bisa menyimpan dendam, meskipun sekali-kali kekesalan itu datang sampai ada niat dalam hati untuk ku hapus no hape nya di kontak handphone ku.

Surat yang aku tulis tersebut sampai dengan saat ini belum ada balasannya, entah apa yang menyebabkan sehingga dia tidak membalas suratku itu, kadang aku berfikir bahwa mungkin dia tidak suka terhadapku atau memang dia sudah ada yang punya, namun dari beberapa kawan yang mengenalnya mengatakan kalau dia tidak dalam status berpacaran, dan diperkuat lagi ketika aku melihat profil nya di facebook bahwa dia masih single.

***

Bertepatan dengan hari raya idul fitri kemarin aku mencoba menghubunginya, aku ingin bersilaturrahmi kerumahnya, namun apanyana ternyata dia sudah pulang kekampung neneknya di pesisir timur selama satu minggu untuk berlebaran disana. Kesempatanku untuk bertemu dengannya kembali gagal, karena tiga hari lagi aku harus berangkat ke Banda Aceh untuk menyiapkan segala keperluan menjelang pelantikan anggota DPRA yang baru dari partai kami, termasuk undangan-undangan penting yang harus aku urus ke Sekretariat Dewan.

Karena kesibukan tersebut sehingga aku sedikit dapat melupakannya, hampir satu bulan tidak ada satu sms pun yang aku kirimkan padanya, dan aku juga tidak tahu dia dimana, apakah sudah kembali ke Banda Aceh atau memang masih di kampung neneknya.

Suatu hari aku mendatangi warnet hanya sekedar ingin cek email sekaligus membuka halaman facebookku yang hampir sebulan tidak pernah kubuka, aku terkejut ketika melihat ada sebuah wall yang dikirimkan olehnya “hy, how are you? Long time not see you..!” aku juga membalasnya dalam bahasa inggris ”i’m here, not going any where, how about you?”. Aku membuka hape lalu mengirimkan sebuah sms untuknya “Assalam, apakabar, lagi dimana?” “Waalaikum salam, alhamdulillah baik, lagi dirumah, ada apa ya?” “Mau rujak garuda gak, kebetulan saya lagi dikota, rencana sebentar lagi pulang setelah shalat ashar, kalau mau nanti biar di antarin kerumah, oya, berapa orang dirumah?”. Kebetulan juga aku kepingin sama rujak tersebut, “boleh juga, kami cuma dua orang dirumah” balasnya singkat.

Alhamdulillah tawaranku kali ini tidak sia-sia, dalam hatiku berkata, inilah kesempatan aku untuk bertemu dengannya walau hanya sebentar. Betapa kagetnya aku ketika sampai dirumahnya, aku lihat dia bedua dengan seorang cowok duduk dibangku teras sambil bercanda, aku mencoba untuk tetap dalam keadaan tenang walau dalam hati ini terasa tertusuk jarum, aku mecoba untuk tetap tersenyum seperti tidak ada kejadian apa-apa, lalu dia menyuruhku masuk, aku mencoba menolak dengan alasan hari sudah gelap sebentar lagi hujan akan turun, dia tetap berkeras mengajakku masuk kedalam. Aku masuk dan bemberikan salam, cowok itu mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya, namanya sama seperti nama kawanku.

Dugaanku salah besar, ternyata mereka satu fakultas, kedatangannya hanya untuk konsultasi tentang masalah proposal skripsi karena seminggu lagi akan ada ujian seminar. Hampir setengah jam aku duduk disitu, baru dia menawarkan minum, sebenarnya dari tadi aku sangat kehausan. Tak lama kemudian aku minta izin untuk pulang, dia mengantarku sampai kepintu pagar sambil mengucapkan kata terima kasih. Sejak saat itu komukasiku dengannya kembali hidup, baik melalui facebook atau sms, dan pikiranku tentangnya kembali hadir dalam setiap malam-malamku.

Suatu hari aku menjumpai seorang teman yang akrab denganku, aku ingin curhat tentang isi hatiku padanya, barang kali dia punya solusi tentang kondisiku saat ini. Dia aktif disalah satu sekolah menulis dokarim yang didirikan oleh seniorku waktu kami sama-sama sedang kuliah di Jakarta. Dia suka menulis meskipun jauh sekali dari latar belakang kuliahnya, tapi dia memiliki bakat menulis yang lumayan, pernah tulisannya dimuat beberapa kali dimedia yang ada di Aceh.

Maop, aku sedang dimabuk cinta, benar yang menurut orang bilang cinta itu buta, ibarat virus tak dapat dilihat, tapi aku telah terjangkit olehnya, Seperti kata Bang Jhoni Kapluk, “meunjoe cinta kana lam jantoeng, boeh meuria rasa anggor.”

“Sebagai manusia menurutku adalah hal yang wajar jika kita menyukai seseorang” begitu kata temanku Maop, tapi dalam perjalanan hidupku aku begitu sulit untuk mendapatkan sebuah pengakuan cinta dari seorang perempuan yang kusukai, pernah beberapa kali aku mencoba, namun kandas ditengah jalan, gayung yang kulempar jarang bersambut, bertepuk sebelah tangan, kalau yang dulu aku mudah untuk melupakan, tapi lain untuk kali ini. Semoga saja suatu hari Tuhan memberikan secercah harapan untukku, dan ketika fajar datang bersaman dengan pagi, aku dapat meluluhkan hatinya dan berhasil mendapatkan cintanya.

*****

Oleh: Muhammad Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar